MENJALIN PERTEMANAN YANG ABADI

Jumat, 12 Juni 2009

Broken Home

Hidup adalah sebuah tantangan yang harus kita hadapi. Semakin besar tantangan yang kita hadapi maka semakin besar pula kebahagiaan yang akan kita peroleh.Tapi itu tidak semudah membalik telapak tangan seperti halnya hidupku ini yang penuh dengan liku-liku.
Broken home ya Broken home. Mungkin semua orang didunia ini pernah mendengar atau bahkan pernah mengalami.
Sebelas tahun yang silam, ketika ayah dan ibu masih bersama-sama, hidupku penuh dengan kebahagiaan tapi kini semua itu telah hilang dan berubah menjadi suram.Karena mereka sudah tidak bersama lagi.
Awalnya aku tidak mengerti apa yang mereka lakukan, yang aku tahu mereka seperti mendebatkan sesuatu.Tapi setelah aku menginjak bangku sekolah dasar, sedikit demi sedikit aku bisa mengartikan apakah broken home itu, ternyata tidak adanya keutuhan dalam keluarga hanya membuatku susah.
Akupun benci dengan keadaan itu, karena semenjak kejadian itu semua suara tetanggaku terngiang dalam telingaku. Mereka membicarakan keluargaku. Ada yang bilang bahwa ibukulah yang menjadi penyebab hancurnya keluarga kami.Karena itulah aku benci kepada ibu. Akupun semakin benci ketika beliau sering menghampiriku disaat aku belajar mengaji dimusholla. Waktu itu aku sempat malu mengakui bahwa beliau adalah ibu kandungku. Tapi kini aku sadar karena seorang ustad menasehatiku. Beliau bilang SURGA ADA DIBAWAH TELAPAK KAKI IBU dan beliau juga bilang aku tidak boleh percaya dengan omongan orang lain. Untuk menebus kesaahanku aku berjanji akan sering menjenguk ibu walaupun kami tidak seatap lagi.
Setelah mereka resmi bercerai aku yang belum mengerti apa-apa lebih memilih ikut ibu dari pada ikut ayah. Mungkin ikatan batin kami memang kuat, selama aku tinggal dengan ibu kami hidup berpindah-pindah itupun tak berlangsung lama. Suatu hari pamanku mengajakku untuk tinggal bersamanya dan ibupun mengijinkan. Setelah tinggal bersamanya beberapa waktu, karena merasa tidak nyaman akupun kembali kepangkuan ibu hingga akhirnya aku memutuskan untuk tinggal bersama ayah sampai detik ini.
Beberapa tahun keudian kedua orang tuakupun mempunyai pendamping hidup masing-masing. Kebahagiaan tumbuh kembali karena hadirnya sosok ibu baru dalam hidupku awalnya aku pikir ibu tiri itu jahat sperti halnya yang ada dalam dongeng. Tapi angan-anganku salah justru sebaliknya beliau menyayangiku melebihi dirinya sendiri. Beliau tidak melarangku untuk sering menjenguk ibu. Justru saat aku terhasut oleh omongan orang beliau ikut menasehatiku.
Cobaan tak berhenti sampai disini setelah lengkap kebahagiaan kami dengan adanya tiga orang putra dari ibu kandungku, namun tuhan berkehendak lain. Alloh menjemput adik bungsuku. Mungkin Alloh sayang dengan adikku. Sehingga Dia tidak mau anak sekecil adikku menderita penyakit tumor yang dideritanya. Kamipun hanya bisa pasrah dan ikhlash dengan keadaan ini.
Bukan hidup namanya kalau tidak ada tangtangan. Belum lama aku sedikit bisa melupakan adikku yang meninggal, masalah ekonomipun menggoncang keluargaku. Ekonomi keluargaku runtuh. Sampai akhirnya ibu tiriku pergi merantau. Mungkin beliau tidak tega kalau ayahku yang bekerja keras memabanting tulang sendirian. Apalagi setelah kegagalan ayahku dalam perantauan beberapa tahun yang lalu. Sebenarnya aku kasihan terhadap kedua orang tuaku, mereka berjuang demi kebahagiaan keluarga kami. Yang paling menyedihkan ketika aku melihat ayah dan ibu tiriku berdebat masalah ekonomi. Karena hal itu mengingatkanku pada perceraian ayah dan ibu kandungku belasan tahun yang silam. Aku tidak mau mengalami kedua orang tuaku broken home yang kedua kalinya. Kapan lagi aku bisa merasakan kebersamaan dalam suatu keluarga yang penuh kebahagiaan yang menjadi idaman semua insan. Andaikan waktu bisa ku putar balik, mungkin aku akan membenahi itu semua. Tapi itu jelas mustahil bisa terjadi, BAGAIKAN NASI SUDAH MENJADI BUBUR. Semoga peristiwa ini akan menjadikan pelajaran untukku dimasa depan.
Meskipun mereka tidak bersama lagi, aku tetap menyayangi mereka dan aku berharap mereka bersama lagi walau hanya sesaat, yakni ketika menyaksikan putri tunggalnya menuju ke pelaminan, tapi mungkinkah itu akan terjadi?
Sundy, 07th June 2009

Oleh Hamba Alloh
niken alburhany

Tidak ada komentar:

Posting Komentar